Dikisahkan, seruling dan kecapi yang menawan telinga
kita
Nadanya berasal dari perputaran angkasa
Namun Iman, yang melampaui lompatan spekulasi,
Dapat mengerti merdunya setiap suara yang tak serasi
Kami, yang bagian dari Adam, bersamanya mendengarkan
Nyanyian para Malaikat dan Muqarrabin
Meski tumpul dan menyedihkan, ingatan kami
Masih menyimpan gema alunan nada surgawi
Oh, musik adalah hidangan bagi para pecinta
Musik ‘kan melambungkan jiwa ke dunia Sana
Bara berpijar, api abadi pun kian berkobar
Sembari menikmati dengan suka-ria kami pun dengar
-Masnawi IV : 733-
Nadanya berasal dari perputaran angkasa Teori Pythagoras tentang musik kenangan hampir biasa terdapat dalam
filsafat dan persajakan orang-orang Muslim. Menurut Ikhwan ash-Shafa’ Basrah,
“Karena angkasa berputar dan planet-planet serta bintang-bintang bergerak, maka
hal itu berarti bahwa mereka mesti memiliki nada-nada musikal untuk
mengekspresikan pemujaan kepada Tuhan, membuat gembira para Malaikat,
sebagaimana halnya dengan jiwa kita di dunia yang fana ini yang dengan gembira
mendengarkan lagu-lagu dan memperoleh pembebasan dari kesusahan dan kesedihan.
Melalui lagu-lagu ini, bahkan gema-gema musik angkasa, mereka memanggil kita
untuk kembali ke taman surga yang sangat luas dan kebahagiaan yang telah
dinikmati jiwa selama tinggal di sana; oleh karena itu jiwa kita rindu untuk
terbang ke sana dan bergabung kembali dengan pasangannya.”
Dapat mengerti merdunya setiap suara yang tak
serasi Para Sufi menghubungkan pengaruh musik
spiritual dengan pre-eksistensi jiwa. Sewaktu mendengarkannya, seakan-akan
mereka mendengar kembali Firman Tuhan yang dijawab oleh seluruh jiwa manusia di
alam baka (QS al A’rof : 172) dan kidung Penghuni Surga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar