Minggu, 29 April 2012

Musik Kenangan


Dikisahkan, seruling dan kecapi yang menawan telinga kita
Nadanya berasal dari perputaran angkasa
Namun Iman, yang melampaui lompatan spekulasi,
Dapat mengerti merdunya setiap suara yang tak serasi

Kami, yang bagian dari Adam, bersamanya mendengarkan
Nyanyian para Malaikat dan Muqarrabin
Meski tumpul dan menyedihkan, ingatan kami
Masih menyimpan gema alunan nada surgawi

Oh, musik adalah hidangan bagi para pecinta
Musik ‘kan melambungkan jiwa ke dunia Sana
Bara berpijar, api abadi pun kian berkobar
Sembari menikmati dengan suka-ria kami pun dengar

-Masnawi IV : 733-

Nadanya berasal dari perputaran angkasa Teori Pythagoras tentang musik kenangan hampir biasa terdapat dalam filsafat dan persajakan orang-orang Muslim. Menurut Ikhwan ash-Shafa’ Basrah, “Karena angkasa berputar dan planet-planet serta bintang-bintang bergerak, maka hal itu berarti bahwa mereka mesti memiliki nada-nada musikal untuk mengekspresikan pemujaan kepada Tuhan, membuat gembira para Malaikat, sebagaimana halnya dengan jiwa kita di dunia yang fana ini yang dengan gembira mendengarkan lagu-lagu dan memperoleh pembebasan dari kesusahan dan kesedihan. Melalui lagu-lagu ini, bahkan gema-gema musik angkasa, mereka memanggil kita untuk kembali ke taman surga yang sangat luas dan kebahagiaan yang telah dinikmati jiwa selama tinggal di sana; oleh karena itu jiwa kita rindu untuk terbang ke sana dan bergabung kembali dengan pasangannya.”

Dapat mengerti merdunya setiap suara yang tak serasi Para Sufi menghubungkan pengaruh musik spiritual dengan pre-eksistensi jiwa. Sewaktu mendengarkannya, seakan-akan mereka mendengar kembali Firman Tuhan yang dijawab oleh seluruh jiwa manusia di alam baka (QS al A’rof : 172) dan kidung Penghuni Surga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar