Senin, 23 April 2012

Asep Medi, Ade, Dede, atau Siapa?

Asep Medi, begitulah orang-orang memberikan simbol bagi jasad ini. Aku tak tau apa simbol yang mereka gunakan jika untuk mengidentifikasi ruhku. Mungkin si pendiam, si aneh, si menyebalkan, atau si melankolis…hhh, itulah persepsi, bak bunga berwarna-warni yang tumbuh di taman budaya…

Asep Medi, sebenarnya bukanlah nama asliku, ayah biologisku memberi nama Imam Ulumuddin untuk seperangkat tubuh ini. Lalu bagaimana aku dipanggil Asep Medi?

Dalam adat Sunda, anak lelaki biasa dipanggil Ujang atau Asep. Kebetulan sejak kecil aku sering dipanggil Asep. Yang pertama memanggilku Asep ialah, nenek dari ayahku. Maka, menjadi kebiasaanlah, sejak kecil aku dipanggil Asep. Adapun Medi merupakan kependekan dari Medihartanto. Sebuah nama yang diberikan seorang tabib yang syari’atnya melaluinyalah aku diobati waktu itu.

Tiga Serangkai

Ada juga yang memanggilku dengan nama Ade, atau Dede. Kata Ade atau Dede biasanya menunjuk pada seseorang yang lebih muda atau kecil. Dan mungkin atas sebab itu, aku juga dipanggil dengan nama-nama itu. Waktu kecil, di kampungku, aku memang yang paling muda diantara saudara sepupu yang lain, sekaligus yang tubuhnya paling kecil,n_n…

Selain nama-nama itu, ada juga yang memberi simbol lain. Saat SMP, teman-teman dekatku, sering memanggil dengan nama Sheva, yang merupakan julukan bagi Andriy Shevcenko, striker yang pernah memperkuat AC Milan dan Chelsea.  Ya, aku memang sangat menyukai sepak bola, bisa dibilang saat itu, sepakbolalah satu-satunya olahraga yang aku sukai. Aku sudah bermain sepakbola sejak usia TK, bersama kawan-kawan dan saudara sepupuku. Posisi pertamaku, waktu itu ialah di bek sayap, dan kau tahu, waktu pertama main bola, aku hanya bisa menendang saja, itu pun tak karuan arahnya,hhh… aku hanya diam, dan menunggu “serangan” yang mau melewatiku. Dan jika pas dalam jangkauan, langsung saja ku tendang bola itu, kadang-kadang sepakanku malah mengenai kaki lawan, astaghfirulloh… semoga dia-dia dapat memaafkan kesalahanku waktu itu…

Teringat, dalam memori waktu itu…
Bersama Bambang, Hendra, Dede kuadrat (Dede Taufik dan Dede Solihin) serta teman-teman lainnya, kami sering “aprak-aprakan” atau bermain ke tempat yang jauh, sambil lari-lari kecil untuk sekedar bermain bola di lapangan-lapangan disana. Kadang, kita juga berlari-lari ke kawah Papandayan, sambil membawa bekal seadanya, sambil mencari jalan-jalan pintas,hhh… mirip petualangan Jurassic Park… di tengah gunung, di bawah pepohonan yang tinggi-tinggi, di seberang sungai gunung, dan… beruntunglah tak ada dinosaurus,hh…

Waktu SMP, aku sangat suka nomor 3, dan aku senang ditempatkan menjadi bek sentral, walau posturku terbilang kecil. Namun, kawan-kawan sering mempercayakan posisi itu untukku. Ya, memang agak bertentangan dengan julukanku, Sheva, yang berposisi sebagai striker. Tapi, aku juga bisa mencetak gol, terutama lewat sundulan. Dan juga suka beroperasi lewat sayap. Mungkin posisi yang paling pas untukku adalah gelandang bertahan, seperti Hariono di Persib atau Gattuso di AC Milan… tapi, waktu itu, yang familiar di telinga kami dalam permainan sepak bola, hanya 4, striker, bek, kiper, dan pemberi umpan, sangat sederhana namun, sangat menghibur anak-anak pecinta bola…hhh…ah, jadi kayak bung Towel…

Di SMK, ada yang menyebutku Asmed, kependekan dari Asep Medi. Dan untuk pertama kalinya di luar pengajian, disana ada yang memanggilku, “Akang”. Sebuah istilah, yang sebelumnya ku tolak, sebab masih agak canggung untuk dipanggil begitu. Akan tetapi, untuk sebuah kedisiplinan dalam berorganisasi, akhirnya ku pasrah disebut Akang oleh ade-ade dan nyai-nyai junior di PMR, hh… ada juga yang memanggil “Aa”, dipanggil Aa serasa jadi Aa Gym, salah seorang da’i idolaku, moga-moga ja bisa seperti beliau, aammiiin yaa Robb al-‘Alamiin…

Di kampus? Mmm… dipanggil biasa saja, ASEP (Anak Seribu Pulau), asli Indonesia dan khas Suku Sunda…hhh… aku bangga jadi anak Indonesia dan memakai simbol khas Indonesia… simbol yang pernah dikenali dari Imam Nawawi “al-Bantani” (Banten), seorang ulama multidisipliner yang sebagian karya-karyanya masih terus dipelajari dan dihafal oleh santri-santri di Indonesia dan di luar negeri…

Aku sendiri, senang dipanggil apa saja, yang penting bermakna baik dan maskulin…

What do u want to know about me? This is all about me…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar