Omon, adalah tokoh lain yang paling sering muncul
dalam setiap cerpen yang ku tulis. Berbeda dengan si Acil yang masih anak-anak.
Omon adalah seorang dewasa, yang sering membuat kontroversial di manapun ia
berada. Omon adalah sosok yang mungkin sangat kental dengan kesan aneh bagi
penduduk yang melihatnya.
Kadang-kadang, pembaca dapat melihatnya sebagai tokoh
protagonis, dan tidak jarang pembaca akan memasukkannya dalam tokoh antagonis. Namun,
sebenarnya aku tak pernah mau memasukkan tokoh ini dalam antagonis. Hanya saja,
karena istilah protagonis yang selalu dekat dengan sosok yang tampan/cantik,
rendah hati, dan selalu menang. Sedang sosok si Omon adalah seorang yang
sebaliknya, tampangnya pas-pasan, kadang-kadang aku memberikan karakter sombong
padanya, dan juga mungkin terlihat pengecut, yang sebenarnya dia punya rencana
lain di balik sikapnya.
Omon senantiasa hadir dalam bahasa yang terkesan
implisit bagi kawan maupun lawannya dan akan dirasa mengapung bagi orang-orang
yang sengaja bertanya kepadanya. Tentu, ada sisi yang mungkin akan terasa
menyebalkan bagi sebagian pembaca tentangnya. Namun, itu senantiasa didampingi
nilai-nilai kebebasan yang dibawakannya. Ya, memang untuk apa lagi aku menulis,
selain untuk berbagi pengalaman yang aku alami. Bukan, pengalaman fisik, namun
pengalaman jiwa, melalui pena ku rangkaikan sebuah cerita untukmu, yang berisi
inti dari pemahaman hidup dariku. Aku bercerita tentang nilai dari ruang dan
waktu. Tentang pola dari suatu gerak. Tentang aku dan kamu yang lain, yang
diselubungi tulang dan daging.
Dan kini kuceritakan sebagian kisah dari si Omon.
Penduduk gempar! Mereka tiba-tiba berkumpul
mengelilingi salah satu pohon tertinggi di desa sambil terus meneriakki orang
yang sedang berada di atasnya. Bukan karena orang itu maling, bukan karena
orang itu telah menghajar salah satu teman mereka, tapi karena orang itu adalah
orang yang memang suka menggemparkan teman-teman sedesanya. Ya, tidak bukan dan
bukan lain, si Omon kembali beraksi.
Sedang penduduk berusaha sekuat suara mencegah
perbuatan nekat si Omon, sang aktor malah terlihat santai melakukan
perbuatannya. Dengan wajah polos tak berdosa, si Omon seperti tak mendengarkan
suara mereka. Atau mungkin dia pura-pura tak mendengarkan suara mereka. Sebagian
penduduk mulai berfikir apakah si Omon benar-benar ingin mengakhiri hidupnya. Sebagian
lagi menyangka si Omon tengah frustasi dan putus asa karena mereka mendengar
bahwa cintanya ditolak kembang desa.
Beberapa waktu ke belakang, Adul melihat si Omon
menaiki tangga yang ia sandarkan pada sebuah pohon tinggi sambil membawa
gergaji. Adul menyangka kalau si Omon mungkin akan menggergaji salah satu
rantingnya buat kayu bakar. Namun, sesampainya di atas, Omon malah menendang
tangga tinggi itu ke bawah. Kemudian ia memanjat ke atas, dan terlihat ingin
menggapai puncak pohon. Tapi, sepertinya dia cukup kesulitan memanjat sambil
membawa gergajinya. Manusia dewasa ini pun mencukupkan aksinya. Dia kemudian
berusaha meraih ranting itu dan dia pun dapat duduk di atasnya.
Omon, mempersiapkan gergajinya. Kemudian, ia mundur
sedikit demi sedikit untuk mendapatkan spasi bagi maksudnya. Dan ia pun mulai
menggergaji ranting yang ia duduki sambil menghadap ke batang pohon. Sontak si
Adul, kaget, dan kemudian meneriakki lelaki berusia kepala tiga tersebut,
“Hey, Mon, kau mau bunuh diri?? Kau salah posisi!!”
teriaknya.
Si Omon, terlihat santai saja, tanpa khawatir sedikit
pun. Ia malah mempercepat gesekkan gergajinya. Dan sekarang sudah seperempat
diameter ranting yang ia potong.
“Hey, hey!! Hentikan Mon!! Kau akan jatuh, kau akan
mati!! Tolong jangan lakukan itu di depanku, Mon!!” teriak Adul, makin keras suaranya
sampai sebagian penduduk desa dapat mendengarkan teriakkannya. Warga keheranan
dan dengan dibarengi rasa ingin tahu, mereka berdusun-dusun berlarian melihat
apa yang terjadi. Dan teranglah sekarang apa yang terjadi bagi mereka.
Si Omon, masih terus melakukan aksi nekatnya. Hadirin
berteriak sekencang-kencangnya berharap si Omon menghentikan aksinya. Sehingga makin
banyak warga lain yang berdatangan ke tempat itu. Omon, sejenak memperhatikan
keadaan dibawahnya, sudah banyak orang-orang disana. Sebagian diantara mereka
terlihat sibuk mempersiapkan hal-hal yang mungkin terjadi. Pak RT menyuruh,
sebagian warganya untuk membawa kasur dan menumpuk di salah satu sudut pohon
itu. Namun, sepertinya itu tak kan kesampaian. Sebab ranting pohon sudah semakin lemah menampung badan manusia, dan si Omon pun akhirnya terjatuh.
Buukkk!!!
Omon terjatuh ke tanah. Penduduk langsung
mengerumuninya. Si Omon pingsan beberapa waktu, namun kemudian ia sadar
kembali. Dan segera ia menggosok-gosok matanya. Kemudian berkata.
“Beginilah akibat dari orang yang tahu cara naik dan
cara menggergaji tapi tidak bijak menggunakan pengetahuannya”
Demikianlah kawan sebagian cerita dari si Omon. Seorang
dewasa, perenung, santai tapi nekat. Dan itulah sebagian tentangku. What do you
want to know about me? This is all about me…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar