Kamis, 26 April 2012

Tokoh dan Ketokohan Omon




Omon, adalah tokoh lain yang paling sering muncul dalam setiap cerpen yang ku tulis. Berbeda dengan si Acil yang masih anak-anak. Omon adalah seorang dewasa, yang sering membuat kontroversial di manapun ia berada. Omon adalah sosok yang mungkin sangat kental dengan kesan aneh bagi penduduk yang melihatnya.

Kadang-kadang, pembaca dapat melihatnya sebagai tokoh protagonis, dan tidak jarang pembaca akan memasukkannya dalam tokoh antagonis. Namun, sebenarnya aku tak pernah mau memasukkan tokoh ini dalam antagonis. Hanya saja, karena istilah protagonis yang selalu dekat dengan sosok yang tampan/cantik, rendah hati, dan selalu menang. Sedang sosok si Omon adalah seorang yang sebaliknya, tampangnya pas-pasan, kadang-kadang aku memberikan karakter sombong padanya, dan juga mungkin terlihat pengecut, yang sebenarnya dia punya rencana lain di balik sikapnya.

Omon senantiasa hadir dalam bahasa yang terkesan implisit bagi kawan maupun lawannya dan akan dirasa mengapung bagi orang-orang yang sengaja bertanya kepadanya. Tentu, ada sisi yang mungkin akan terasa menyebalkan bagi sebagian pembaca tentangnya. Namun, itu senantiasa didampingi nilai-nilai kebebasan yang dibawakannya. Ya, memang untuk apa lagi aku menulis, selain untuk berbagi pengalaman yang aku alami. Bukan, pengalaman fisik, namun pengalaman jiwa, melalui pena ku rangkaikan sebuah cerita untukmu, yang berisi inti dari pemahaman hidup dariku. Aku bercerita tentang nilai dari ruang dan waktu. Tentang pola dari suatu gerak. Tentang aku dan kamu yang lain, yang diselubungi tulang dan daging.

Dan kini kuceritakan sebagian kisah dari si Omon.

Penduduk gempar! Mereka tiba-tiba berkumpul mengelilingi salah satu pohon tertinggi di desa sambil terus meneriakki orang yang sedang berada di atasnya. Bukan karena orang itu maling, bukan karena orang itu telah menghajar salah satu teman mereka, tapi karena orang itu adalah orang yang memang suka menggemparkan teman-teman sedesanya. Ya, tidak bukan dan bukan lain, si Omon kembali beraksi.

Sedang penduduk berusaha sekuat suara mencegah perbuatan nekat si Omon, sang aktor malah terlihat santai melakukan perbuatannya. Dengan wajah polos tak berdosa, si Omon seperti tak mendengarkan suara mereka. Atau mungkin dia pura-pura tak mendengarkan suara mereka. Sebagian penduduk mulai berfikir apakah si Omon benar-benar ingin mengakhiri hidupnya. Sebagian lagi menyangka si Omon tengah frustasi dan putus asa karena mereka mendengar bahwa cintanya ditolak kembang desa.

Beberapa waktu ke belakang, Adul melihat si Omon menaiki tangga yang ia sandarkan pada sebuah pohon tinggi sambil membawa gergaji. Adul menyangka kalau si Omon mungkin akan menggergaji salah satu rantingnya buat kayu bakar. Namun, sesampainya di atas, Omon malah menendang tangga tinggi itu ke bawah. Kemudian ia memanjat ke atas, dan terlihat ingin menggapai puncak pohon. Tapi, sepertinya dia cukup kesulitan memanjat sambil membawa gergajinya. Manusia dewasa ini pun mencukupkan aksinya. Dia kemudian berusaha meraih ranting itu dan dia pun dapat duduk di atasnya.

Omon, mempersiapkan gergajinya. Kemudian, ia mundur sedikit demi sedikit untuk mendapatkan spasi bagi maksudnya. Dan ia pun mulai menggergaji ranting yang ia duduki sambil menghadap ke batang pohon. Sontak si Adul, kaget, dan kemudian meneriakki lelaki berusia kepala tiga tersebut,

“Hey, Mon, kau mau bunuh diri?? Kau salah posisi!!” teriaknya.

Si Omon, terlihat santai saja, tanpa khawatir sedikit pun. Ia malah mempercepat gesekkan gergajinya. Dan sekarang sudah seperempat diameter ranting yang ia potong.

“Hey, hey!! Hentikan Mon!! Kau akan jatuh, kau akan mati!! Tolong jangan lakukan itu di depanku, Mon!!” teriak Adul, makin keras suaranya sampai sebagian penduduk desa dapat mendengarkan teriakkannya. Warga keheranan dan dengan dibarengi rasa ingin tahu, mereka berdusun-dusun berlarian melihat apa yang terjadi. Dan teranglah sekarang apa yang terjadi bagi mereka.

Si Omon, masih terus melakukan aksi nekatnya. Hadirin berteriak sekencang-kencangnya berharap si Omon menghentikan aksinya. Sehingga makin banyak warga lain yang berdatangan ke tempat itu. Omon, sejenak memperhatikan keadaan dibawahnya, sudah banyak orang-orang disana. Sebagian diantara mereka terlihat sibuk mempersiapkan hal-hal yang mungkin terjadi. Pak RT menyuruh, sebagian warganya untuk membawa kasur dan menumpuk di salah satu sudut pohon itu. Namun, sepertinya itu tak kan kesampaian. Sebab ranting pohon sudah semakin lemah menampung badan manusia, dan si Omon pun akhirnya terjatuh.

Buukkk!!!

Omon terjatuh ke tanah. Penduduk langsung mengerumuninya. Si Omon pingsan beberapa waktu, namun kemudian ia sadar kembali. Dan segera ia menggosok-gosok matanya. Kemudian berkata.

“Beginilah akibat dari orang yang tahu cara naik dan cara menggergaji tapi tidak bijak menggunakan pengetahuannya”

Demikianlah kawan sebagian cerita dari si Omon. Seorang dewasa, perenung, santai tapi nekat. Dan itulah sebagian tentangku. What do you want to know about me? This is all about me…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar