Minggu, 27 Mei 2012

Dukacita Kematian

Pangeran umat manusia (Rasulullah saww) sungguh mengatakan bahwa tak seorang pun yang meninggalkan dunia ini
Merasa sedih dan menyesal karena telah mati; sebaliknya, dia bahkan sangat menyesal karena telah kehilangan kesempatan,
Seraya berkata pada dirinya, "Mengapa tak kujadikan kematian sebagai tujuanku - kematian sebagai gudang menyimpan segala keberuntungan dan kekayaan,
Dan mengapa, karena nampak ganda, aku tambatkan hidupku pada bayang-bayang yang mudah lenyap dalam sekejap?"
Dukacita kematian tiada hubungannya dengan ajal, karena mereka asyik dengan wujud keberadaan yang menggejala,
Dan tak pernah memandang seluruh buih ini bergerak dan hidup karena Sang Lautan
Bila Sang Lautan telah menepiskan buih ke pantai, pergilah ke kuburan dan lihatlah mereka!
Tanyakan kepada mereka, "Di manakah arus gelombangmu kini?" dan dengarlah jawaban bisu mereka, "Tanyakan kepada Sang Lautan bukan kepada kami"
Bagaimana buih dapat melayang tanpa ombak? Bagaimana debu terbang ke puncak tanpa angin?
Bila kau lihat debu, lihatlah pula Sang Angin; bila kau lihat buih, lihat pula Sang Samudra Tenaga Penciptaan
Mari, perhatikanlah, karena penglihatan batinlah satu-satunya yang paling berguna dalam dirimu: selebihnya adalah keping-keping lemak dan daging, pakaian membungkus tulang dan nadi
Leburkanlah seluruh tubuhmu ke dalam Penglihatan Batin: lihat, lihat, lihatlah!
Sekilas hanya sampai pada satu dua depa jalan; pandangan cermat akan alam duniawi dan spiritual menyampaikan kita pada Wajah Sang Raja

Tidak ada komentar:

Posting Komentar