Minggu, 27 Mei 2012

Dukacita Kematian

Pangeran umat manusia (Rasulullah saww) sungguh mengatakan bahwa tak seorang pun yang meninggalkan dunia ini
Merasa sedih dan menyesal karena telah mati; sebaliknya, dia bahkan sangat menyesal karena telah kehilangan kesempatan,
Seraya berkata pada dirinya, "Mengapa tak kujadikan kematian sebagai tujuanku - kematian sebagai gudang menyimpan segala keberuntungan dan kekayaan,
Dan mengapa, karena nampak ganda, aku tambatkan hidupku pada bayang-bayang yang mudah lenyap dalam sekejap?"
Dukacita kematian tiada hubungannya dengan ajal, karena mereka asyik dengan wujud keberadaan yang menggejala,
Dan tak pernah memandang seluruh buih ini bergerak dan hidup karena Sang Lautan
Bila Sang Lautan telah menepiskan buih ke pantai, pergilah ke kuburan dan lihatlah mereka!
Tanyakan kepada mereka, "Di manakah arus gelombangmu kini?" dan dengarlah jawaban bisu mereka, "Tanyakan kepada Sang Lautan bukan kepada kami"
Bagaimana buih dapat melayang tanpa ombak? Bagaimana debu terbang ke puncak tanpa angin?
Bila kau lihat debu, lihatlah pula Sang Angin; bila kau lihat buih, lihat pula Sang Samudra Tenaga Penciptaan
Mari, perhatikanlah, karena penglihatan batinlah satu-satunya yang paling berguna dalam dirimu: selebihnya adalah keping-keping lemak dan daging, pakaian membungkus tulang dan nadi
Leburkanlah seluruh tubuhmu ke dalam Penglihatan Batin: lihat, lihat, lihatlah!
Sekilas hanya sampai pada satu dua depa jalan; pandangan cermat akan alam duniawi dan spiritual menyampaikan kita pada Wajah Sang Raja

Minggu, 06 Mei 2012

Pengertian dan Prinsip "Ki" #2



Ki sering kali dibahas sebagai kekuatan utama atau energi yang mengalir. Dalam literatur klasik aikido dari murid langsung pendiri, Morihiro Saito, "Traditional Aikido", konsep ki didiskusikan dengan singkat: "Ki: kekuatan vital dari tubuh. Melalui pelatihan aikido, ki dari masing-masing orang dapat meningkat bersumber dari alam semesta. Dalam latihan, ki diarahkan sebelum tubuh dapat bergerak." Gambaran singkat dari serangkaian latihan untuk mengalirkan ki dapat ditemukan dalam karyanya kemudian "Aikido, Its Heart and Appearance" sebagai "membuat ki pasangan mengalir" dan "memanggil ki pasanganmu dan menghubungkannya dengan dirimu". Sesnsei Yoshimitsu Yamada, seorang ahli aikido terkenal, dalam "The New Aikido Complete" menyatakan ki sebagai "kekuatan spiritual dari pikiran yang dimiliki kita semua, namun jarang dipergunakan".

Sensei Robert Nadeau (dalam "The Ultimate Athlete" karangan Sensei George Leonard) membuat lokakarya untuk membahas energi tubuh khusus dan memberikan asumsi bahwa "lapangan energi yang muncul di dalam dan di sekitar masing-masing tubuh manusia". Energi ini adalah ki, "suatu perwujudan yang termasuk aliran yang dapat dapat diukur dengan ilmu pengetahuan saat ini, ditambah dengan aliran esoterik atau metaforik lain". Salah satu pelatihan dalam lokakarya ini adalah "merasakan energi tubuh" di mana pasangan berdiri dengan tangan yang diluaskan satu sama lainnya. Ketika seseorang "merasakan" energi dari pasangannya, orang itu diminta untuk menjauh untuk melihat seberapa jauh seseorang masih dapat merasakan hubungan energi. Jelas dari latihan ini bahwa gagasan Sensei Nadeau tentang ki mencakup definisi poin kedua dan ketiga (dalam artikel sebelumnya).

Sensei Homma memperuntukkan bab dua dalam buku "Aikido for Life" untuk mendiskusikan tentang ki, yang ia percayai tidak nyata. "Kata ki terbuat dari dua huruf, 'k' dan 'i' tidak lebih. Tentu saja sangat sulit untuk memahami sesuatu yag hanya bisa dibayangkan. Beberapa mencoba untuk menggambarkan hal yang tidak nyata ini dengan membiarkan penjelasan mereka masuk ke wilayah misteri. Misteri ki telah menipu banyak murid". Bagi Sensei Homma, ki tidak memiliki warna, bentuk, maupun berat dan tidak dapat dilihat oleh penganut ki karena fakta sederhana bahwa ki sebagai entitas fisik tidak muncul. Bagaimanapun, Sensei Homma sendiri tidak menampilkan definisi ki, seperti terlihat dalam ruang lingkup bukunya. Alih-alih, dia mendorong seseorag untuk menemukan ki "melalui latihan sehari-hari di dalam dan di luar dojo", tetapi tidak "menerima definisi orang lain membabi buta". Aikido menurut /Sensei Homma adalah "pelatihan pikiran" yang diekspresikan melalui pernafasan. Ketika pikiran seseorang, pergerakan tubuh, dan pernafasan bergerak harmoni dengan lingkungan, seseorang mengalami pangalaman pengalaman sejati dari Aiki. Dari sisi ini, konsep Sensei Homma tentang ki terlihat serupa dengan definisi pada poin kedua (dalam artikel sebelumnya).

 Sensei Homma mengajukan berbagai pelaksanaan teknik seperti lengan yang tak dapat dibengkokkan (unbendable arm), tubuh yang tidak dapat diangkat (unliftable body) untuk secara konsisten mempraktikkan dan menolak kontribusi "tenaga misterius" ki. Namun, dia juga mengakui manfaat berbagai latihan aikido seperti nikkyo dan kotegaeshi pada pemanasan pergelangan tangan, dan mempraktikkan tangan yang terbuka, bergulir ke belakang sampai shiatsu (accupressure). Hal ini terlihat agak kontradiktif. Konsep keiraku (China: jingluo, Inggris: meridian), rokuzo (China: liuzang, enam organ yin), roppu (China: liufu, enam rgan yang) disebut dalam buku Sensei Homma ditemukan dalam buku pengobatan tradisional China. Dari perspektif ini, shiatsu mewarisi keseluruhan fondasi teoretik dari akupuntur. Konsep saluran yang terdapat pada tubuh manusia (da hewan) dan organ-organ yin dan yang berhubungan (yang tidak selalu sama dengan pengobatan barat) merupakan sesuatu yang unik untuk pengobatan tradisional China. Tujuan utamanya adalah untuk menyirkulaskan chi di dalam tubuh. Chi yang disebutkan di sini merupakan entitas fisik yang didefinisikan pada awalnya sesuai dengan pengobatan tradisional China. Seseorang tidak dapat menggunakan konsep ini tanpa menerima alasannya yang mendasar. Tampaknya Sensei Homma menolak eksistensi aspek fisik ki dalam salah satu konteks, namun mempergunakannya untuk yang lain.
--bersambung--

Kamis, 03 Mei 2012

Pengertian dan Prinsip "Ki" #1



Ki merupakan tenaga kehidupan yang mengalir di alam semesta dan dalam diri manusia. Ki memiliki berbagai istilah lain di seluruh dunia. Namun, istilah ini tumbuh dalam budaya yang berbeda-beda, sehingga beberapa orang menganggap bahwa istilah ini tidak dapat disamakan demikian saja dan memiliki sistem yang berbeda. Tai Chi mengatakan hal ini sebagai “chi”, Qi Gong menggunakan istilah “qi” dan yoga menyebutnya “prana”. Walaupun ki tidak dapat dilihat secara normal, energi ini dapat direkam dengan menggunakan teknologi fotografi Kirilian dan beberapa cenayang juga dapat melihat warna dan bentuknya di sekitar tubuh manusia.

Aikido, bela diri Jepang yang dikembangkan oleh Morihei Ueshiba pada abad ke 20 ini memberikan tekanan pada konsep ki. Aikido merupakan bela diri yang lebih bersifat spiritual. Dari namanya, aikido dapat berarti ‘jalan melakukan harmonisasi ki’. Hanya saja pengertian ki, yang harus diharmonisasi dengannya, merupakan topik yang kontroversial di antara aikidoka. Beberapa merasa yakin bahwa wujud fisik ki tidak ada, namun spirit, intensi, koordinasi psikofisikal melalui relaksasi dan kesiagaan merupakan konsep yang diajarkan. Aikidoka ini terkadang menganggap sulit aspek filosofis atau spiritual dari ki. Aikidoka lain percaya bahwa ki ada dalam wujud fisik dan dapat ditransmisikan melalui ruang. Mereka, di sisi lain, mengembangkan konsep seperti ki dari alam semesta, perluasan ki, dan lain sebagainya.

Jika seorang berkebangsaan Cina ditanyakan pengertian chi atau qi, maka kita akan mendapatkan bermacam-macam jawaban seperti jika kita menanyakan seorang aikidoka bagaimana melakukan kokyunage. Jawaban yang paling umum adalah chi merupakan keadaan mental dan fisikal tertentu yang menunjukkan kekuatan psikofisiologikal yang berhubungan dengan darah dan pernafasan. Seorang filsuf China akan mengatakannya sebagai energi material mikrokosmik yang merupakan dasar untuk membentuk dan mengatur alam semesta. Seorang ahli pengobatan China tradisional, juga penganut aliran tao yang terpelajar, berbicara tentang mikrobiomaterial yang bersirkulasi di dalam tubuh, menjaga kekuatan hidup yang membuat tubuh berfungsi.

Memberikan penjelasan tentang ki tidaklah mudah sehingga banyak instruktur enggan berbicara tentang ki. Namun demikian, tidak mungkin seorang master aikido, yang belajar dengan menguasai ki sendiri, mengabaikan pentingnya ki. Seseorang hanya menduga-duga bahwa sensei ini merasa pengajaran tentang ki, apa pun definisnya, tidak ada dalam manual teknik dan dibiarkan tidak dibicarakan. Murid dengan tingkat yang lebih tinggi harus merasakan dan mendefinisikan sendiri seni ini dengan bimbingan sensei mereka. Sebagaimana Gozo Shioda, pendiri Aikido Yosinkan menulis, “Seni bela diri tidak memiliki keharusan untuk menjadi pelatihan intelektual, kode dasar jalan bela diri (budo) tidak dapat diremehkan sedemikian rupa, dan ‘jalan teknik’ tidak dapat diabaikan sebagai bentuk pelatihan spiritual dan fisikal”, ia berharap untuk menekankan bahwa inti aikido -ki- akan mewujudkan dirinya pada mereka yang melakukan latihan dan mengikuti teknik dasar dengan tekun.

Sensei yang berusaha menjelaskannya, melakukannya dengan cara yang sangat oriental, penuh metafora dan bayangan yang tercitra kurang jelas. Untuk menemukan arti ki ketika orang berbicara tentang ki, seseorang tidak dapat memberikan jawaban definitif. Untuk memudahkan, kita bahas tiga cara sederhana mendefinisikan ki:
  1. Ki: prinsip yang mengatur alam semesta dan individu, kebenaran kosmik
  2. Ki: tindakan dari keadaan jiwa dan raga tertentu yang memiliki efek psikofisikal. Ki dapat diekspresikan, dan dengan demikian, depersepsikan melalui tampilan fisik, perilaku dan bahasa tubuh 
  3. Ki: sama dengan poin kedua. Ki dapat diekspresikan dan dipersepsikan melalui maknanya, namun tidak terbatas pada yang dinyatakan dalam poin kedua
Dari poin pertama sampai ketiga di atas, orang dapat melihat bahwa derajat abstraksi berkurang ketika komponen fisik meningkat. Namun, makna ki tentu saja tidak terbatas pada ketiga definisi tunggal atau gabungan di atas.

---bersambung---

Rabu, 02 Mei 2012

Cinta dalam Ketiadaan

Betapa tak 'kan sedih aku, bagai malam, tanpa  hari-Nya serta keindahan wajah hari terang-Nya?
Rasa pahit-Nya terasa manis bagi jiwaku: semoga hatiku menjadi korban bagi Kekasih yang membuat pilu hatiku!
Aku sedih dan tersiksa karena Cinta demi kebahagiaan Rajaku yang tiada bandingannya
Titik air mata demi Dia adalah mutiara, meski orang menyangka sekedar air mata
Ku keluhkan jiwa dari jiwaku, namun sebenarnya aku tidak mengeluh: aku cuma berkisah
Hatiku bilang tersiksa oleh-Nya, dan ku tertawakan seluruh dalihnya
Perlakukanlah aku dengan benar, O Yang Maha Benar, O Engkaulah Mimbar Agung, dan akulah ambang pintu-Mu!
Dimanakah sebenarnya ambang pintu dan mimbar itu? Dimanakah sang Kekasih, dimanakah "kita" dan "aku"?
O Engkaulah hakekat ruh lelaki dan wanita
Ketika lelaki dan wanita menjadi satu, Engkaulah Yang Satu itu; ketika bagian-bagian musnah, lihatlah, Engkau-lah Kesatuan itu
Engkau ciptakan "aku" dan "kita" supaya memainkan puji-pujian bersama diri-Mu,
Hingga seluruh "aku" dan "engkau" dapat menjadi satu jiwa serta akhirnya lebur dalam sang Kekasih

-Masnawi I : 776-

Ku keluhkan jiwa dari jiwaku, namun sebenarnya aku tidak mengeluh: aku cuma berkisah  Ketika para pecinta menyadari keluhan tentang keterpisahan dari kekasihnya dan menyalahkannya karena kekejamannya, sesungguhnya keluhan Sufi (syikayat) itu tidak lebih daripada kisah (hikayat) tentang kerinduannya kepada Tuhan yang tidak terhingga - suatu kisah yang mana Tuhan mengilhaminya untuk diceritakan

Hatiku bilang tersiksa oleh-Nya, dan ku tertawakan seluruh dalihnya Yakni, "Saya mengetahui bahwa penderitaanku merupakan kebaikan Cinta Tuhan"

Ketika lelaki dan wanita menjadi satu, Engkaulah Yang Satu itu; ketika bagian-bagian musnah, lihatlah, Engkau-lah Kesatuan itu Seluruh gejala adalah individualisasi modus Wujud Yang Nyata; ketika kepribadian mereka dilucuti, maka mereka akan menjadi satu dengan lainnya dan dengan Wujud Yang Nyata. Oleh karena itu Tuhan menampakkan diri-Nya pada setiap penyatuan jiwa-jiwa yang penuh cinta

Engkau ciptakan "aku" dan "kita" supaya memainkan puji-pujian bersama diri-Mu, Pada hakekatnya Tuhan adalah Obyek pemujaan dan sekaligus Pemuja. Ilusi kepribadian -"aku" dan "kita"- itu muncul dari saling mempengaruhinya dua aspek yang berlawanan, esensi dan bentuk, yang karenanya Realitas Yang Esa mungkin dapat diperhatikan